A. Definisi Sistem
Sistem didefinisikan menjadi
bermacam-macam definisi oleh beberapa ahli diantaranya
a. L. James Havery
Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu
kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
a. L. James Havery
Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu
kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
b. Edgar F Huse dan James L.
Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang
saling
berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
c. Harijono Djojodihardjo
Suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional
antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.
antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.
d. Jogianto
Mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata,
seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata,
seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
e. C.W. Churchman
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan
untuk melaksanakan seperangkat tujuan
untuk melaksanakan seperangkat tujuan
B. Definisi Sosial Sosial mempunyai
arti bermasyarakat. Di bawah ini adalah
beberapa definisi dari sosial menurut para ahli, diantaranya:
beberapa definisi dari sosial menurut para ahli, diantaranya:
a. Engin Fahri I
Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan
walaupun
masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu tersebut.
masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu tersebut.
b. Keith
Jacobs
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs
komunitas.
c. Philip Wexler
Sosial adalah sifat dasar dari setiap individu manusia.
d. Lena Dominelli
Sosial adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan
manusia sehingga
membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya.
manusia sehingga
membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya.
e. Paul
Ernest
Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka
terlibat
dalam berbagai kegiatan bersama.
dalam berbagai kegiatan bersama.
Memahami
sistem sosial ialah proses belajar mengenali, menganalisis dan mempertimbangkan
eksistensi dan perilaku organisasi dan institusi sosial kemasyarakatan dalam
berbagai ranah kehidupan manusia. Peran manusia di sini lebih dilihat sebagai
makhluk sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan sebagai individu.
Oleh karena manusia adalah makhluk sosial, maka mereka menciptakan suatu system
sosial. Ada beberapa hal yang membuat manusia menciptakan "sistem
sosial", antara lain karena :
a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar biologi tertentu seperti pangan, papan, sandang dan seks.
b. Untuk memuaskan kebutuhan ini, manusia tergantung pada organisasi-organisasi kemasyarakatan.
c. Kenyataan di atas menciptakan kebutuhan-kebutuhan lain, yaitu kebutuhan sistem pada diri individu.
d. Pada akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari kebutuhan dirinya.
"Sistem sosial" mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu "sistem sosial" tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap "sistem sosial" pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya ("sistem sosial" lainnya). Selain itu, di dalam "sistem sosial" ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi mempertahankan "sistem sosial" tersebut.
a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar biologi tertentu seperti pangan, papan, sandang dan seks.
b. Untuk memuaskan kebutuhan ini, manusia tergantung pada organisasi-organisasi kemasyarakatan.
c. Kenyataan di atas menciptakan kebutuhan-kebutuhan lain, yaitu kebutuhan sistem pada diri individu.
d. Pada akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari kebutuhan dirinya.
"Sistem sosial" mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu "sistem sosial" tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap "sistem sosial" pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya ("sistem sosial" lainnya). Selain itu, di dalam "sistem sosial" ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi mempertahankan "sistem sosial" tersebut.
Ketika
kita mengamati suatu fenomena sosial, maka sebenarnya kita sedang mencerna
realitas kehidupan yang membawakan kondisi sistem masyarakat tertentu yang
sedang bekerja, berusaha tetap langgeng, dan seringkali berbenturan dengan
sistem-sistem lainnya. Sistem ini mencirikan karakteristik sifat, tata nilai,
ukuran, kualitas dan kedudukan relasional di dalam dan antarsistem. Oleh
karenanya, fenomena sosial pada hakikatnya adalah proses dialog, transaksi dan
negosiasi sejumlah sistem sosial pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Lalu apa relevansi kuliah sistem
sosial dengan bidang perencanaan wilayah dan kota (PWK)? Pertama, secara umum bidang PWK menitikberatkan pada serangkaian
tindakan yang berpusat pada perbaikan kondisi hidup dan kehidupan manusia (human-centered development). Hal ini
berarti bidang PWK peduli dengan eksistensi sejumlah sistem sosial yang akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh serangkaian tindakan perencanaan. Kedua, bahwa perbaikan kondisi yang
dimaksud mengandung konsekuensi tentang perlunya menantang dan memikir ulang
eksistensi dan manfaat tata nilai, norma dan standar yang berlaku bagi
pencapaian kondisi baru yang diharapkan. Artinya, kegiatan merencana ialah
diskursus publik yang berusaha mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat. Ketiga, kegiatan merencana sebenarnya
mencerminkan transfer pengetahuan dan keahlian dan negosiasi terhadap kriteria
dan syarat perbaikan kondisi yang diinginkan. Oleh karenanya, mempelajari
interaksi sosial amat penting untuk menentukan arah dan tujuan perencanaan.
Ciri-ciri
Sistem
Agar dapat
diketahui apakah sesuatu itu termasuk kategori sistem atau bukan, dapat
diidentifikasi dari cirri-ciri yang dimilikinya. Secara umum Awad (1979),
menyebutkan bahwa ciri-ciri sistem adalah sebagai berikut:
-
Pada
hakikatnya sistem itu bersifat terbuka selalu berinteraksi dengan lngkungannya.
-
Setiap sistem terdiri dari dua atau lebih sub
sistem, dan setiap subsistem terbentuk dari beberapa sub sistem yang lebih
kecil.
-
Antar
subsistem terjalin saling ketergantungan, dalam arti bahwa satu sub sistem
membutuhkan masukan (input) dari sub sistem lain dan keluaran (output) dari sub
sistem tersebut diperlukan sebagai masukan dari sub sistem yang lain lagi.
-
Setiap sistem memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya melalui mekanisme umpan balik (feed-back).
-
Setiap
sistem mempunyai keandalan dalam mengatur diri sendiri (self regulation)
- Setiap sistem mempunyai tujuan atau
sasaran tertentu yang ingin dicapai.
Tujuan Sistem
Mengenai tujuan sistem, dapat disebutkan bahwa
pada umumnya tujuan sistem adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang
berharga, memiliki nilai, dengan memadukan dan mendayagunakan berbagai macam
bahan atau masukan dengan suatu cara tertentu.
Tujuan sistem lazimnya lebih dari satu, atau
sering disebut dengan istilah jamak, (multiple purposes,) sekalipun ada
urut-urutan prioritasnya. Untuk menentukan peringkat tujuan sistem, diguanakan
paling tidak empat tolak ukur yaitu kualitas atau mutu, kuantitas, waktu dan
biaya.
Tujuan sistem yang tidak terlalu banyak dan
cukup jelas rumusannya, akan mempermudah perpaduan bagian-bagian menjadi
kebulatan yang utuh. Sebaliknya, tujuan yang terlaulu beragam bias menyebabkan
timbulnya konflik antar subsistem yang memungkinkan terjadinya kekacauan dari
sistemnya sendiri. (Budihardjo, 1995 : 10-11)
PENGERTIAN PERENCANAAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu
aktifitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang
berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara
berbagi alternative yang ada. Meskipun perencanaan itu dilaksanakan oleh setiap
orang, akan tetapi perencanaan kota sangat berbeda dengan bentuk perencanaan
lainnya dalam berbagai aspek yang penting.
Di dalam
perencanaan “proses” merupakan sesuatu yang berkesinambungan (Sudjarto : 99).
Di dalam proses perencanaan akan terjadi suatu keterkaitan yang kompleks antara
peranan perencana yang bekerja untuk pemerintah dengan berbagai unsur yang
mempunyai kepentingan dengan pembangunan (misalnya pembangun atau developers)
yang sering memiliki keputusan sendiri atau berusaha untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan untuk kepentingannya yang sering pula akan bertentangan
dengan keputusan yang diambil berdasarkan kebijaksanaan umum yang telah
ditentukan.
Jadi di dalam proses perencanaan ini termasuk
suatu kaitan sistem dari masyrakat sebagai subyek dan obyek perencanaan
pembangunan. Sistem kelembagaan dan politik sebagai pengambil keputusan, pelaksana
dan pengelola pembangunan. Sektor swasta sebagai penyandang dana dan pembangun
dan unsur fisik sebagai hasil pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(Sujarto, 1979 : 97)
PENDEKATAN SISTEM
DALAM PERENCANAAN
Dalam bidang perencanaan kota dan daerah,
pendekatan sistem baru memperoleh parhatian pada tahun-tahun 1960-an.
McLoughlin mengisahkan tentang semakin kompleksnya masalah lingkungan buatan
dan kehidupan manusia, yang tidak diikuti dengan landasan teori dan pendekatan
perencanaan yang mantap. Para ekonomi, sosiolog, ilmuwan politik, ahli geografi
dan lain-lain semakin banyak melakukan studi tentang aspek spatial dari
aktivitas manusia, akan tetapi lepas antara satu dengan yang lainnya.
Pengaruh tersebut tidak hanya menyebar di
kalangan pendidikan dan teoritis, melainkan juga dalam kalangan penentu
kebijaksanaan dan praktisi professional. Pendekatan perencanaan yang semula
sering digunakan adalah pendekatan Fucnctional dan Formalist yang
cenderung deterministic.
Dengan
pendekatan tersebut, kota dan daerah direncanakan oleh perencana dan penentu
kebijakan dengan prosedur klasik : Survey-Analisi Rencana, sebagaimana yang
diperkenalkan oleh Patrick Geddes.
Hasilnya berupa Master Plan yang
merupakan cetak biru produk akhir rencana jangka panjang, yang dinilai ideal
menurut kaca mata perencanaannya. Kenyataan menunjukkan bahwa antara rencana
yang disusun dengan realitas kehidupan di dunia nyata, terdapat kesenjangan
kesenjangan yang lebar. Terlebih lagi, aspirasi masyarakat sering tidak tertampung
atau terwadahi dengan baik. Akibatnya, banyak sekali rencana-rencana kota dan
daerah yang tetap bagus sebagai suatu rencana, tetapi tidak bias dilaksanakan
di lapangan. Suatu kemubassiran yang sesungguhnya tidak perlu. Tidak heran bila
kemudian muncul tudingan bahwa teori perencanaan adalah “a body of theory
which has grown up in the air”, atau teori yang mengawang dan tidak
membumi.
Melalui
pendekatan sistem, yang menekankan pada pemahaman dengan kompleksitas kehidupan
manusia dan aneka ragam konflik yang menyangkut lokasi dan perolehan lahan,
dengan keterbatasan sumberdaya yang ada, perencanaan tata ruang kota dan daerah
menjadi lebih realistis, lebih kenyal dan lebih tanggap terhadap perubahan.
(Budihardjo, 1995 : 15-18)