Friday, November 25, 2016

Sistem Sosial Untuk Perencanaan Wilayah dan Kota



A. Definisi Sistem
Sistem didefinisikan menjadi bermacam-macam definisi oleh  beberapa ahli diantaranya
a. L. James Havery
     Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
     komponen yang      berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
     untuk berfungsi sebagai suatu
     kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
 b. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
     Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling
     berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
     pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
c. Harijono Djojodihardjo
    Suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional
    antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara
    keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.
 d. Jogianto
     Mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
     berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan
     suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata,
     seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.


e. C.W. Churchman
    Menurutnya sistem adalah seperangkat  bagian-bagian yang dikoordinasikan
    untuk melaksanakan seperangkat tujuan

B. Definisi Sosial Sosial mempunyai arti bermasyarakat. Di bawah ini adalah
     beberapa definisi dari sosial menurut para ahli, diantaranya:
a. Engin Fahri I
    Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana  para individu berhubungan walaupun
    masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu tersebut.  
b. Keith Jacobs
    Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas.
c. Philip Wexler
    Sosial adalah sifat dasar dari setiap individu manusia.
d. Lena Dominelli
    Sosial adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan
    manusia sehingga
    membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya.
e. Paul Ernest
    Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat
    dalam berbagai kegiatan bersama.




Memahami sistem sosial ialah proses belajar mengenali, menganalisis dan mempertimbangkan eksistensi dan perilaku organisasi dan institusi sosial kemasyarakatan dalam berbagai ranah kehidupan manusia. Peran manusia di sini lebih dilihat sebagai makhluk sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan sebagai individu. Oleh karena manusia adalah makhluk sosial, maka mereka menciptakan suatu system sosial. Ada beberapa hal yang membuat manusia menciptakan "sistem sosial", antara lain karena :

a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar biologi tertentu seperti pangan, papan, sandang dan seks.
b. Untuk memuaskan kebutuhan ini, manusia tergantung pada organisasi-organisasi kemasyarakatan.
c. Kenyataan di atas menciptakan kebutuhan-kebutuhan lain, yaitu kebutuhan sistem pada diri individu.
d. Pada akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari kebutuhan dirinya.


               "Sistem sosial" mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu "sistem sosial" tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap "sistem sosial" pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya ("sistem sosial" lainnya). Selain itu, di dalam "sistem sosial" ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi mempertahankan "sistem sosial" tersebut.
            Ketika kita mengamati suatu fenomena sosial, maka sebenarnya kita sedang mencerna realitas kehidupan yang membawakan kondisi sistem masyarakat tertentu yang sedang bekerja, berusaha tetap langgeng, dan seringkali berbenturan dengan sistem-sistem lainnya. Sistem ini mencirikan karakteristik sifat, tata nilai, ukuran, kualitas dan kedudukan relasional di dalam dan antarsistem. Oleh karenanya, fenomena sosial pada hakikatnya adalah proses dialog, transaksi dan negosiasi sejumlah sistem sosial pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Lalu apa relevansi kuliah sistem sosial dengan bidang perencanaan wilayah dan kota (PWK)? Pertama, secara umum bidang PWK menitikberatkan pada serangkaian tindakan yang berpusat pada perbaikan kondisi hidup dan kehidupan manusia (human-centered development). Hal ini berarti bidang PWK peduli dengan eksistensi sejumlah sistem sosial yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh serangkaian tindakan perencanaan. Kedua, bahwa perbaikan kondisi yang dimaksud mengandung konsekuensi tentang perlunya menantang dan memikir ulang eksistensi dan manfaat tata nilai, norma dan standar yang berlaku bagi pencapaian kondisi baru yang diharapkan. Artinya, kegiatan merencana ialah diskursus publik yang berusaha mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat. Ketiga, kegiatan merencana sebenarnya mencerminkan transfer pengetahuan dan keahlian dan negosiasi terhadap kriteria dan syarat perbaikan kondisi yang diinginkan. Oleh karenanya, mempelajari interaksi sosial amat penting untuk menentukan arah dan tujuan perencanaan.
Ciri-ciri Sistem
Agar dapat diketahui apakah sesuatu itu termasuk kategori sistem atau bukan, dapat diidentifikasi dari cirri-ciri yang dimilikinya. Secara umum Awad (1979), menyebutkan bahwa ciri-ciri sistem adalah sebagai berikut:
-          Pada hakikatnya sistem itu bersifat terbuka selalu berinteraksi dengan lngkungannya.

-           Setiap sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, dan setiap subsistem terbentuk dari beberapa sub sistem yang lebih kecil.

-          Antar subsistem terjalin saling ketergantungan, dalam arti bahwa satu sub sistem membutuhkan masukan (input) dari sub sistem lain dan keluaran (output) dari sub sistem tersebut diperlukan sebagai masukan dari sub sistem yang lain lagi.

-           Setiap sistem memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya melalui mekanisme umpan balik (feed-back).

-          Setiap sistem mempunyai keandalan dalam mengatur diri sendiri (self regulation)
       - Setiap sistem mempunyai tujuan atau sasaran tertentu yang ingin dicapai.

Tujuan Sistem
Mengenai tujuan sistem, dapat disebutkan bahwa pada umumnya tujuan sistem adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang berharga, memiliki nilai, dengan memadukan dan mendayagunakan berbagai macam bahan atau masukan dengan suatu cara tertentu.
Tujuan sistem lazimnya lebih dari satu, atau sering disebut dengan istilah jamak, (multiple purposes,) sekalipun ada urut-urutan prioritasnya. Untuk menentukan peringkat tujuan sistem, diguanakan paling tidak empat tolak ukur yaitu kualitas atau mutu, kuantitas, waktu dan biaya.
Tujuan sistem yang tidak terlalu banyak dan cukup jelas rumusannya, akan mempermudah perpaduan bagian-bagian menjadi kebulatan yang utuh. Sebaliknya, tujuan yang terlaulu beragam bias menyebabkan timbulnya konflik antar subsistem yang memungkinkan terjadinya kekacauan dari sistemnya sendiri. (Budihardjo, 1995 : 10-11)

PENGERTIAN PERENCANAAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu aktifitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagi alternative yang ada. Meskipun perencanaan itu dilaksanakan oleh setiap orang, akan tetapi perencanaan kota sangat berbeda dengan bentuk perencanaan lainnya dalam berbagai aspek yang penting.
            Di dalam perencanaan “proses” merupakan sesuatu yang berkesinambungan (Sudjarto : 99). Di dalam proses perencanaan akan terjadi suatu keterkaitan yang kompleks antara peranan perencana yang bekerja untuk pemerintah dengan berbagai unsur yang mempunyai kepentingan dengan pembangunan (misalnya pembangun atau developers) yang sering memiliki keputusan sendiri atau berusaha untuk mempengaruhi pengambilan keputusan untuk kepentingannya yang sering pula akan bertentangan dengan keputusan yang diambil berdasarkan kebijaksanaan umum yang telah ditentukan.
Jadi di dalam proses perencanaan ini termasuk suatu kaitan sistem dari masyrakat sebagai subyek dan obyek perencanaan pembangunan. Sistem kelembagaan dan politik sebagai pengambil keputusan, pelaksana dan pengelola pembangunan. Sektor swasta sebagai penyandang dana dan pembangun dan unsur fisik sebagai hasil pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. (Sujarto, 1979 : 97)
 PENDEKATAN SISTEM DALAM PERENCANAAN
Dalam bidang perencanaan kota dan daerah, pendekatan sistem baru memperoleh parhatian pada tahun-tahun 1960-an. McLoughlin mengisahkan tentang semakin kompleksnya masalah lingkungan buatan dan kehidupan manusia, yang tidak diikuti dengan landasan teori dan pendekatan perencanaan yang mantap. Para ekonomi, sosiolog, ilmuwan politik, ahli geografi dan lain-lain semakin banyak melakukan studi tentang aspek spatial dari aktivitas manusia, akan tetapi lepas antara satu dengan yang lainnya.
Pengaruh tersebut tidak hanya menyebar di kalangan pendidikan dan teoritis, melainkan juga dalam kalangan penentu kebijaksanaan dan praktisi professional. Pendekatan perencanaan yang semula sering digunakan adalah pendekatan Fucnctional  dan Formalist  yang cenderung deterministic.
Dengan pendekatan tersebut, kota dan daerah direncanakan oleh perencana dan penentu kebijakan dengan prosedur klasik : Survey-Analisi Rencana, sebagaimana yang diperkenalkan oleh Patrick Geddes.
          Hasilnya berupa Master Plan yang merupakan cetak biru produk akhir rencana jangka panjang, yang dinilai ideal menurut kaca mata perencanaannya. Kenyataan menunjukkan bahwa antara rencana yang disusun dengan realitas kehidupan di dunia nyata, terdapat kesenjangan kesenjangan yang lebar. Terlebih lagi, aspirasi masyarakat sering tidak tertampung atau terwadahi dengan baik. Akibatnya, banyak sekali rencana-rencana kota dan daerah yang tetap bagus sebagai suatu rencana, tetapi tidak bias dilaksanakan di lapangan. Suatu kemubassiran yang sesungguhnya tidak perlu. Tidak heran bila kemudian muncul tudingan bahwa teori perencanaan adalah “a body of theory which has grown up in the air”, atau teori yang mengawang dan tidak membumi.
Melalui pendekatan sistem, yang menekankan pada pemahaman dengan kompleksitas kehidupan manusia dan aneka ragam konflik yang menyangkut lokasi dan perolehan lahan, dengan keterbatasan sumberdaya yang ada, perencanaan tata ruang kota dan daerah menjadi lebih realistis, lebih kenyal dan lebih tanggap terhadap perubahan. (Budihardjo, 1995 : 15-18)

No comments:

Post a Comment